Welcome!

I am Kamilia Nur Asyaro'Aida Organic Fasilitator Community Development Social Media Officer Agripreneur

View Work Hire Me!

About Me

Agriculture
Development
Branding
Who am i

Kamilia.

Professional

A Bachelor of Applied Agriculture of Polbangtan Bogor with a year professional experience in agricultural practices. Developed the farmers’ community for several strategic areas in West Java. The experience in community development and plant cultivation technique has made Kamil able to implement her knowledge in the communities’ real life.

With the Drive-for-Result, Critical Thinking and Interpersonal Communication Skill, Kamil developed the farmers’ community to be self-sustained and improve their economic conditions by assisting and helping them to learn the best practices, aligned with the farmers’ needs and condition. As a Professional in Agriculture, Kamil can work effectively both as individual and as a part of the team, where she believes that by collaboration, we can achieve the best result .

Services

Agriculture

Agricultural Practices

Development

Community Development

Branding

Constructed Informative Posts

Suitainable

To be self-sustained

Our Blog

Paradigma Koperasi dan Kesejahteraan Petani

 


“MAJUKAN KOPERASI, SEJAHTERAKAN PETANI”

“Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang sangat bermanfaat. Kegunaannya, disamping untuk memupuk kebersamaan juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Namun, kenyataan di lapangan begitu banyak Koperasi yang gagal memenuhi tujuan mulianya. Penyebab utamanya adalah karena kesalahan dalam pengelolaan dan pemahaman yang keliru dari pengurus. Sehingga, target sasarannya tidak tercapai.”

Kegiatan para petani setiap hari, sudah pastilah bergulat dengan lahan sawah maupun ladang  garapannya. Mereka biasanya hanya lebih fokus memikirkan bagaimana mendapatkan hasil panen yang melimpah. Jarang yang memikirkan kepada siapa hasil panen tersebut akan dijual nanti dan berapa harga jualnya. Apakah akan dijual kepada pedagang musiman atau pengumpul, dengan harga pasar yang sedikit menguntungkan, ataukah kepada tengkulak dengan harga jual sebaliknya, sangat merugikan sebab dengan sistem ijon. Kondisi seperti ini selalu berlangsung rutin, terus menerus sepanjang tahun.

Demikian juga halnya kebutuhan akan sarana produksi (saprodi) pertaniannya sendiri. Sebutlah misalnya: penyediaan bibit unggul, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. Untuk mendapatkan semua sarana produksi itu, petani tradisional biasanya lebih banyak mengusahakannya secara sendiri-sendiri atau individu.

Kondisi yang demikian sudah saatnyalah ditinggalkan petani. Para petani harus diajak dan difasilitasi untuk bersatu dalam kelompok. Semua kegiatan pemenuhan kebutuhannya akan lebih efektif jika dilakukan secara bersama-sama melalui kelompoknya. Bentuk terkecil dari kumpulan para petani adalah Kelompoktani (Poktan). Salah satu diantara keuntungannya adalah mereka secara bersama-sama memiliki kekuatan daya tawar (bargaining position) yang kuat untuk menentukan harga hasil pertanian mereka. Selain itu, melalui kelompok pulalah, biaya pengadaan sarana produksi pertanian menjadi lebih murah dan efisien karena dapat ditanggung secara bersama-sama.

MENGAPA DENGAN KOPERASI

Koperasi  merupakan lembaga ekonomi  yang sangat bermanfaat. Gunanya untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Namun, kenyataan di lapangan begitu banyak Koperasi yang gagal memenuhi tujuan mulianya. Penyebab utamanya adalah karena kesalahan dalam pengelolaan serta pemahaman yang keliru dari pengurusnya, sehingga, target sasarannya tidak tercapai. Sampai saat inipun Koperasi merupakan sebuah sebutan yang tidak enak didengar terutama oleh masyarakat di perdesaan. Hal ini dimaklumi karena pengalaman kurang berhasilnya Koperasi Unit Desa (KUD) pada waktu lampau. 

Penyebab utama kegagalan KUD masa lalu antara lain para pengelola belum profesional mengurus organisasi. Selain itu, masih terdapatnya ketidaktertiban administrasi, ketidakjujuran, serta kurang disiplin dalam banyak hal. Upaya perbaikan pun tidak mengacu pada akar permasalahannya, tetapi malahan KUD nya yang dibubarkan. Untuk ke depannya, perlu dibangkitkan lagi dan ditumbuhkan terus keberadaan koperasi di tengah-tengah petani. Sehingga, petani mampu mengurus usahataninya secara bersama-sama, bisa menyediakan kebutuhannya sendiri, dan bahkan siap menghadapi persaingan dengan tengkulak dalam menentukan harga jual komoditi usahataninya . Sebelum memutuskan untuk mendirikan koperasi, ada baiknya terlebih dahulu petani dibekali dengan pengetahuan yang cukup. Paling tidak, mereka tahu dasar-dasar pembentukannya.

Sejarah koperasi di Indonesia memang penuh dengan romantika sebagai akibat “terlampau kuatnya” dukungan pemerintah dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga dalam banyak hal menjadikan sosok koperasi di Indonesia sempat “kehilangan” jati dirinya. Di kalangan masyarakat sendiri, masih beragam pendapat tentang eksistensi koperasi dalam sistem ekonomi Indonesia saat ini. Sebagian apatis, sehingga memerlukan pengkajian ulang mengenai eksistensi koperasi dalam sistem ekonomi Indonesia. Sebagian lain memandang koperasi sebagai entitas yang perlu dikembangkan, walaupun seadanya saja. Sementara itu, berbagai pendapat lain merasa penting untuk mengembangkan koperasi sebagai sosok kelembagaan ekonomi yang kokoh bagi pemberdayaan masyarakat. Pendapat terakhir sesuai dengan pemikiran penulis. Pemberdayaan masyarakat memerlukan lembaga ekonomi yang sesuai dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Persoalan pangan adalah persoalan bagaimana mengelola masyarakat pedesaan, yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan

 

 

Hello I'm Kamilia Nur Asyaro'Aida




Executive Summary

To solve challenges in delivering flawless service to customers to eradicate poverty. Organized agendas, arranged activity programs, and compiled activity reports nurturing economic growth. Perform tasks in unison with the team in a respectful manner promoting Indonesia’s small farmers.


Education

Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor                                                                                       2016 – 2020

Bachelor of Applied Agriculture, Sustainable Agricultural Extension


Work Experience

- DEMFARM CORPORATION – Demonstrate Farming (Karawang)                                           Sep '19 – Dec '19

A pilot project implementation for rice farmer groups, managed by the Ministry of Agriculture

Farmers Consultant

Publicized information and advantage of joining cooperative persuading 80% of farmers to join Primary Cooperative.

Coordinated farmers groups – consisting of 25 members – promoting Primary Cooperative founding (Koperasi Primer) a proposal within 3 months.

Collaborated with the other 5 members, Taiwan Technical Mission (TTM), and Agricultural Research and Development Agency (Balitbang Pertanian) promoting a Cooperative project to enhance farmers’ economy and regulate loans to support farming activities.

Coached and innovated farmers in seeding, planting, and caring for the agricultural plants in lowlands.

- OPSIN PROGRAM – Optimalisasi Pemanfaatan Alat Mesin Pertanian (Cianjur)                  Jul '19 – Aug '19

A program to educate farmers on how to optimize the utilization of Agriculture-Machine Tools

Farmers Consultant

Assisted the Ministry of Agriculture in educating farmers and monitoring farming tools and machinery performance increasing yield of up to 15%.

Recommended and troubleshot farming tools and machinery to improve crops result and enhance the planted area’s performance.

Analyzed and compiled data on crop results and tools utilization effectiveness of participating field and not participating field.

- Perusahaan Daerah Bumi Wiralodra Indramayu                                                                      Feb '18 – Mar '18

Quality Control Intern

Assessed grain quality making sure water content is less than 14% before the delivery to the processing team.

Audited inspection results in the documentation and managed data records.

Inspected QC data record making sure the target of producing 4 tons of rice/day is achieved.

Communicated with a team of 15 in maintaining the relationship with farmers to disseminate information in good agricultural practices ensuring gathered harvest to comply with the company’s standard.

- UPSUS LTT Program – Upaya Khusus Luas Tambah Tanam (Garut)                                      Jun'17 – Aug '17

A special program to boost planting areas

Field Assistant (Ministry of Agriculture Assistance Program)

Cooperated with BABINSA (village guidance officer) and workers in achieving a self-sufficient food target.

Educated farmers on Katu Tani program benefits as part of government assistance program distribution.

Cataloged 6500 farmers as Kartu Tani program target; Updated Ministry of Agriculture’s database on farmers.

Fostered UPSUS LTT Program farmers in food production facilities.

Coordinated with a team of 5 in analyzing conditions, recommending a solution, and arranging reports for the Ministry of Agriculture.


Organization Experience

- Member of Polbangtan Bogor Social Media Team                                                                  Mar '18 – Jan '19

Constructed informative posts through Facebook and Twitter resulting in around 1000 likes.

Evaluated report activities attaining the top 3 places in social media.

- “Waluh Gardens” Instagram Social Media Admin                                                                   Mar '17 – Aug '20

Participated in a team of 6 members of Waluh Gardens in cultivating and selling honey nut squash.

Assembled Instagram campaign and advertising attracting buyers, opportunity to be in the event, and agroedu-tourism visitors; Secured IDR 2 M income through selling.

- Member of Scientific Papers Organization                                                                             May '19 – Aug '20

Operated as human relations staff.

- General Secretary & Member of Scout                                                                                     Feb '17 – Aug '20

Built activities nurturing critical mental and physical mindset devoted to society and environment; Practiced self-management, fostered optimist mind and implementing love for nature.

Organized meeting agendas, arranged activity programs, and compiled activity reports.


Skill

- Certified Organic Plant Facilitator by LSP-PO

- Agricultural Quality Control

- Organic Plant Facilitation

- Agricultural Best Practices Education

- Small-Medium Agricultural Business Development

- SPSS (Statistical Software)

- Microsoft Office

- CorelDRAW

- Video Editing using Online Tools

Pengelolaan Lahan Kering di Iklim Tropika Basah

Diperlukan upaya strategis dalam pengelolaan lahan kering di iklim tropika basah agar dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pertanian secara optimal mengingat beberapa kendala antara lain : 
- Sebagian besar lahan kering tingkat kesuburannya rendah dan sumber pengairan terbatas kecuali dari curah hujan yang distribusinya tidak bisa dikendalikan sesuai dengan kebutuhan. 
- Topografi umumnya tidak datar, berada di daerah lereng dan perbukitan, memiliki tingkat erosi relatif tinggi yang berpotensi untuk menimbulkan degradasi kesuburan lahan. 
- Infra struktur ekonomi tidak sebaik di lahan sawah. 
- Keterbatasan biofisik lahan, penguasaan lahan petani, dan infrastruktur ekonomi menyebabkan teknologi usaha tani relatif mahal bagi petani lahan kering. 



Pertanian

      
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologiteknik pertanianbiokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

Sejarah Singkat Pertanian Dunia

      
Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan pemeliharaan dan pembudidayaan hewan yang pertama kali. Selain itu, praktik pemanfaatan hutan sebagai sumber bahan pangan diketahui sebagai agroekosistem yang tertua. Pemanfaatan hutan sebagai kebun diawali dengan kebudayaan berbasis hutan di sekitar sungai. Secara bertahap manusia mengidentifikasi pepohonan dan semak yang bermanfaat. Hingga akhirnya seleksi buatan oleh manusia terjadi dengan menyingkirkan spesies dan varietas yang buruk dan memilih yang baik.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan. Pada 5300 tahun yang lalu di China, kucing didomestikasi untuk menangkap hewan pengerat yang menjadi hama di ladang.

      Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
   Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucingSapikudakerbauyak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.
       Tanaman serat didomestikasikan di saat yang kurang lebih bersamaan dengan domestikasi tanaman pangan. China mendomestikasikan ganja sebagai penghasil serat untuk membuat papan, tekstil, dan sebagainya; kapas didomestikasikan di dua tempat yang berbeda yaitu Afrika dan Amerika Selatan; di Timur Tengah dibudidayakan flax.[Penggunaan nutrisi untuk mengkondisikan tanah seperti pupuk kandangkompos, dan abu telah dikembangkan secara independen di berbagai tempat di dunia, termasuk MesopotamiaLembah Nil, dan Asia Timur.

Vermikompos Berbahan Dasar Kotoran Cacing



Persiapan bahan dan alat, yaitu: a. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) Cacing tanah memiliki banyak kelebihan dan kegunaan. Hal tersebut menjadikan cacing tanah berpotensi potensi besar untukdikembangkan. Proses budidaya cacing tanah tidak memerlukan lahan yang luas,manajemen pemeliharaan yang relatif mudah,serta siklus produksi yang singkat membuat cacing tanah dapat berkembang dengan pesat. Cacing tanah memiliki banyak manfaat bagi sektor lain, diantaranya di bidang pertanian, peternakan, perikanan, serta farmasi. Jenis cacing tanah yang dapat dikembangkan adalah Lumbricus rubellus dan cacing kalung. Cacing tanah memiliki kandungan protein yang tinggi (72% - 84,5%). Protein cacing tanah mengandung 20 asam amino,yang terdiri atas lisin, triptopan, histidin, fenilalanin, isoleusin, leusin, theorin, methionin, arginine, glisin, alanin, sistin, tirosin, asam aspartik, asam glutamat, prolin, hidroksiprolin, serin, dan sitruline (Rukmana, 2000). Kandungan protein yang tinggi dari biomassa cacing tanah berpotensi dikembangkan sebagai bahan pakan ternak sumber protein agar pertumbuhan ternak semakin cepat. Cacing yang biasa digunakan sebagai pakan ternak adalah cacing kalung. Penggunaan cacing tanah dalam perombakan kotoran ternak dan sisa-sisa sayuran menjadi salah satu upaya menambah nilai guna limbah yang ada. Cacing tanah membutuhkan limbah berupa kotoran ternak maupun sisa sayuran sebagai media berkembangbiak dan juga sebagai pakan. Sisa kotoran ternak yang dimakan akan menjadi pupuk bekas cacing atau biasa disebut vermikompos. Vermikompos memiliki keunggulan, yaitu adanya mikroba yang terbawa dari organ pencernaan cacing yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. b. Kompos Pupuk kandang (pakan untuk cacing) Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula. Di antara jenis pukan, pukan sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Untuk memaksimalkan penggunaan pukan sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah 20. Pengomposan diartikan sebagai proses dekomposisi secara biologi untuk mencapai bahan organik yang stabil. Proses pengomposan menghasilkan panas. Dengan dihasilkannya panas maka akan dihasilkan produk kompos akhir yang stabil, bebas dari patogen dan biji-biji gulma, berkurangnya bau, dan lebih mudah diaplikasikan. Dengan adanya pengomposan meningkatkan kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg; menurunkan rasio C/N dan kadar air per unit yang sama. c. Wadah Wadah yang dipakai adalah kotak yang terbuat dari kayu yang akan digunakan sebagai tempat peternakan cacing. d. Ayakan Ayakan atau saringan adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian yang tidak diinginkan berdasarkan ukurannya, dari dalam bahan curah dan bubuk yang memiliki ukuran partikel kecil dan bahan adonan atau campuran dari cairannya. Ayakan digunakan padasaat pemanenan. 
Penimbangan Penimbangan dilakukan dengan cara menimbang cacing tanah sebanyak 1 kg dan kompos sebanyak 1 kg, atau dengan tingkat perbandingan 1:1. 
Pencampuran Apabila bahan-bahan sudah selesai ditimbang, kemudian cacing tanah dan kompos dimasukkan ke dalam kotak kayu. Cacing tanah dimasukkan terlebih dahulu dengan posisi ditengah kotak, setelah itu kompos dimasukkan dipinggirkiri dan kanan cacing. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat daya adaptasi cacing dan mencegah cacing stress yang disebabkan perpindahan ke lingkungan baru. 
Penyimpanan Setelah selesai proses pencampuran, simpan kotak kayu yang berisi cacing tanah dan kompos ditempat kering selama 14 hari. Penyimpanan cacing dilakukan di dalam kumbung. 
Pemeliharaan Selama proses pembuatan (14 hari), perlu dilakukan pemeliharaan agar pupuk kascing yang dihasilkan optimal. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan yaitu: a. Penyiraman, bertujuan untuk menjaga media agar tetap lembab dan tidak kekeringan sehingga cacing dapat bertahan hidup dengan air yang cukup. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dengan cara menyiram media sampai pada kapasitas lapang. b. Pemberian pakan, dilakukan dengan memberi pakan setiap 1 hari sekali sebanyak berat cacing yang dimasukkan (bila cacing dimasukkan 1 kg maka pakan yang diberikan juga 1 kg). 
Pemanenan Pemanenan dapat dilakukan setelah 14 hari apabila bahan organik (pakan) yang diberikan telah habis dimakan oleh cacing dan telah menampakkan butiran kotoran cacing. Dua hari sebelum dilakukan pemanenan, cacing sudah tidak perlu disiram untuk menghindari panen dalam keadaan basah sehingga memudahkan proses pengayakan. Pemanenan dilakukan dengan cara menumpukkan bahan (kascing) menjadi gundukan agar cacing turun ke bawah gundukan menghindari sinar matahari. Kascing dikering anginkan lalu diayak. Cacing yang telah dipanen dapat digunakan lagi untuk proses pembuatan kascing selanjutnya. 
Pengayakan Pengayakan bertujuan untuk mendapatkan kascing yang halus dan dapat mengambil cacing dan telur. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan alat ayakan sehingga bagian yang halus dan kasar dapat terpisah. B. Masalah dan Kendala Terdapat beberapa permasalahan yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas fisik vermikompos yang dihasilkan diantaranya: 1. Daya adaptasi cacing relatif lama disebabkan beberapa hal berikut: a. Pengaruh pH Cacing tanah memiliki system pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan yang dimilikinya. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan makanan. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basa dapat menyebabkan cacing tanah sulit beradaptasi dan juga dapat mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6 sampai 7. b. Pengaruh Kelembaban Sebanyak 85% dari berat tubuh cacing tanah merupakan air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan agar tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15-30%). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban dipermukaan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang dehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70-75% kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. c. Pengaruh Suhu Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan memengaruhi proses-proses fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu yang baik berkisar antara 150C-250C. suhu yang lebih tinggi dari 250C masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal. 2. Hama yang menjadi kompetitor, yaitu semut. Semut termasuk ke dalam kelompok hama kompetitor karena semut ikut memakan makanan cacing. Untuk penganggulanganya dapat dilakukan dengan cara menyiram media dengan air dan membersihkan media dari bangkai cacing mati agar tidak mengundang semut. Pemanenan sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering. Dua hari sebelum dilakukan pemanenan sebaiknya tidak dilakukan penyiraman. Hal tersebut ditujukan agar saat pengayakan kondisi kascing tidak basah, yang dapat menyebabkan menggumpal dan menempelnya kascing pada ayakan. Pada pemanenan pertama yang dilakukan oleh kelas C dilakukan saat kondisi kascing basah, sehingga menyebabkan kulitas kascing kurang baik dan banyak yang menggumpal.

Pengelolaan Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan

Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan organik dalam kurun waktu yang lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik. Alih penggunaan lahan gambut menjadi lahan pertanian, perkebunan dan hutan produksi dapat mengancam kelangsungan hidup hutan rawa gambut alami. Kerusakan hutan rawa gambut juga dapat diakibatkan oleh sistem drainase yang dibangun secara kurang terkendali, sehingga mengakibatkan subsidens dan keringnya lahan gambut yang bersifat tidak dapat kembali seperti kondisi semula (irreversible).

Sebagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan seluas 87.017 Km merupakan lahan rawa yang tersebar di daerah bagian timur, mulai dari kabupaten Musirawas, Muba, OKI, Muaraenim, dan Banyuasin. Menurut Direktorat Jendral Pengairan (1998), lahan rawa yang berpotensi untuk pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1.602.490 ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut 961.000 ha dan rawa non pasang surut atau lebak 641.490 ha. Sebagian besar lahan rawa tersebut atau sekitar 1,42 juta ha merupakan lahan rawa gambut (Zulfikar, 2006).

Saat ini, hutan rawa gambut merupakan salah satu tipe lahan basah yang paling terancam dengan tekanan dari berbagai aktivitas manusia di Indonesia (Lubis, 2006). Dengan kondisi bahwa sebagian besar lahan rawa adalah lahan gambut, maka kebijakan pengelolaan lahan rawa di Provinsi Sumatera Selatan didasarkan atas konsep pembangunan sumber daya alam yang berkelanjutan. Sesuai dengan kaidah konservasi, maka sumber daya alam dapat dikelola dengan mengombinasikan upaya perlindungan, pemanfaatan dan pelestariannya secara terpadu. Dalam konteks ini, lahan rawa selain dipandang sebagai ekosistem yang perlu dilindungi, juga dapat dilihat sebagai potensi yang bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dengan tetap memerhatikan prinsip-prinsip kelestariannya. 

Pengelolaan lahan rawa di Provinsi Sumatera Selatan juga ditujukan untuk mendukung upaya pencapaian pembangunan, yaitu peningkatan produksi pangan padi yang memberikan kontribusi pada pemenuhan kebutuhan pangan nasional (Munandar dan Yunardi, 2006). Pengelolaan lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan  untuk mendukung peningkatan produksi pangan, dari luas lahan rawa pasang surut yang berpotensi pertanian seluas 961.000 ha, 359.250 ha sudah direklamasi dan sisanya 601.750 ha belum direklamasi. Lahan yang sudah direklamasi tersebut, sebagian besar diperuntukkan sebagai daerah transmigrasi yang pemanfaatannya untuk tanaman pangan 142.100 ha, kebun 36.899 ha dan sisanya 97.515 ha untuk fasilitas umum (Direktorat Jendral Pengairan 1998). Oleh karena itu, pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian dianggap memiliki prospek yang baik.


Contact Us

Phone :

+62 853 5718 5518

Address :

Bogor, Jawa Barat,
Indonesia

Email :

kamilianurasyaroaida@gmail.com